Senin, 23 Februari 2009

Bersiaplah Menghadapi Kematian.......?

Apakah anda ngeri melihat judul ini. Memang judul tulisan ini terkesan menakutkan, sedikitnya memang mensiratkan aroma horor di dalamnya. Tapi itulah yang sebenarnya kita hadapi setiap saat dalam kehidupan ini. Ancaman kematian terus mengikuti kapan dan kemana pun kita melangkah. Jadi kapan pun kita menarik nafas maka bersiaplah pula untuk tidak dapat melakukannya lagi.

Kematian yang mengintai kita setiap saat itu bukanlah perkara mudah bagi orang yang ditinggalkan. Kematian yang menjemput seseorang bukanlah suatu kejadian yang berdiri sendiri. Memang bagi orang yang meninggal peristiwa itu merupakan akhir dari kehidupannya. Sudah tidak ada lagi persoalan duniawi yang membebaninya lagi. Tapi bagi orang yang ditinggalkan akan banyak persoalan yang mengiringi kematian seseorang. Bagaimana kelanjutan kehidupan orang-orang yang ditinggalkan. Bagaimana nasib istri dan anak yang ditinggalkan jika sang ayah meninggal, siapa yang akan mengurus anak-anak jika sang ibu meninggal, apakah akan terjadi perebutan warisan antar anak jika orang tua meninggal. Berbagai persoalan kehidupan akan mengiringi kematian seseorang bagi oang yang ditinggalkan.

Tulisan ini tersinspirasi atas kematian seorang sahabat, tetangga, sekaligus teman sejawat bernama Edi Junaedi. Siapa mengira teman ngobrol dan momong anak itu meninggal secepat itu. Tidak ada firasat apapun kecelakaan motor akan merenggut nyawanya. Semua yang mengenal dirinyapun seolah tidak percaya. Malam sebelum kejadian aku masih melihat dirinya sibuk mempersiapkan diklat yang akan dijalani esok harinya. Ternyata malam selanjutnya aku hanya bisa melihat mobil ambulan mengantar jenazahnya ke kampung halamannya. Teman-teman semua seolah tak percaya. Berbagai perasaan menyelimuti berkecamuk tak karuan menghadapi kenyataan ini. Terlebih jika melihat istri dan anak tunggalnya yang baru berumur tiga tahun. Sepertinya tak kuasa jika melihat bagaimana bocah berumur tiga tahun itu akan terpisah dengan abinya untuk selama-lamanya.

Hal pertama yang terbersit di kepalaku adalah bagaimana nasib istri dan anaknya selanjutnya. Apakah mereka siap menghadapi dunia ini tanpa suaminya lagi. Apakah istrinya siap melanjutkan tanggung jawab suaminya atas anak tunggalnya itu. Pertanyaan itu terus berseliweran di kepalaku sampai sekarang.

Itulah kematian, tak mengenal perasaan belas kasihan. Tak peduli siapapun, apakah orang itu merupakan tulang punggung keluarga ataukah hanya seorang sampah masyarakat tetap saja, jika sudah dihampirinya maka akan disikatnya juga. Tak peduli orang-orang yang akan mendapat kesusahan atas meninggalnya seseorang yang merupakan tulung punggung keluarga, begitupun sebaliknya ia pun tak peduli jika orang yang akan dihampirinya hanyalah sampah masyarakat yang banyak orang kegirangan atas kematiannya.

Hal yang terpenting adalah jangan sampai kita mati konyol dalam menjalani kehidupan ini. Jangan sampai kita meninggal gara-gara suatu hal yang merupakan kecerobohan kita. Hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan atau bahkan hal-hal yang dilarang. Dalam menjalani hidup sudah selayaknya kita menjalaninya sebaik-baiknya. Menjalaninya sesuai ketentuan kaidah kehidupan manusia. Jangan sampai kita meninggal membawa cemoohan pada keluarga dan kesengsaraan pada orang lain. Berhati-hatila dalam menjalani hidup ini. Ingatlah selalu orang-orang yang masih menjadi tanggung jawab kita. Bagaimana seandainya jika tiba-tiba kematian menjemput kita. Selanjutanya bagaimana nantinya orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita itu menjalani hidup ini tanpa kita.

Kita semua tidak bisa menebak kapan kematian akan menjemput kita. Apakah setelah tarikan nafas ini, apakah esok, apakah lusa, entahlah tapi yang pasti kematian itu akan menghampiri kita. Apakah kita sudah siap untuk menghadapinya. Apakah tanggung jawab kita terhadap sang pencipta dan keluarga yang menjadi tanggung jawab kita sudah kita laksanakan sepenuhnya. Hanya diri kita sendiri yang bisa menjawab pertanyaan itu. Ingatlah bahwa kematian itu bisa datang kapan saja. Hati-hatilah menjalani hidup ini, jangan sampai kita belum menuntaskan segala kewajiban kita tetapi kematian terlanjur sudah mendatangi kita.

Hati-hatilah berkendara, keluarga anda menunggu di rumah.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Dari kemarin aku cari info seputar kecelakan teman kita edi junaedi. terakhir ak Googles dan mendapatkan blog ini. aku tidak terlalu dekat tapi masih satu kampung beda RW dgn yg bersangkutan. terakhir ngobrol dirumahnya +/-5 tahun yg lalu, waktu dia masih kuliah. dia kul di STAN ak kul di TRISAKTI angkatan 97.
TRAGIS, itu kata yg slalu terfikirkan saat aku tahu kabar ini waktu telp ke rumah Ortu. Ak tahu dia kebanggaan di keluarga, anak berprestasi di lingkungannya. Tuhan mempunyai takdir yang misteri terhadap mahluknya. adakalanya seseorang yang sangat dibenci & tidak diharapkan bisa hidup sangat lama.
MERINDING, sampai sekarang wajah dia selalau terbayang2. ak sudah pernah mendapat musibah di keluarga, awal 2007 saudara sepupu meninggal karena kecelakan motor, tidak tanggung-tanggung 3 saudara sekaligus. tapi mendengar musibah ini beda, ada perasaan was-was mengingat ada ketidaksengajaan yg sama dengan yg bersangkutan.
Ak sekarang punya anak perempuan berusia 2 tahun, dan namaku adalah nama belakang dari dia. dengan nick yang sama yaitu EDI.
Ak kul di TRISAKTI jurusan Asuransi atas beasiswa dari DAI (dewan asuransi indonesia)
sekarang lagi ambil gelar profesi asuransi (AAMAI). ujian 16-18 maret 2009.
Mungkin didaerahku hanya kami berdua mendapat beasiswa, sehingga bisa mendapat pendidikan dan pekerjaan yang bagus.
Ak sekarang bekerja di sebuah asuransi kerugian lokal pada bagian Klaim.
ada hal aneh yg jujur ak ceritakan, bahwa pada awal feb 2009 ak bermimpi berjalan di subuah jalan aspal didepanku ada jalan tol layang yang memotong jalan tsb, dlm mimpi itu aku menangis meronta2 karena gigi depan rontok seprti kapur tulis. ak sempat cerita sama istri dan bilang itu hanya bunga tidur apalagi waktu itu ak lagi tidur siang.

sampai sekarang ak belum dapat kabar yg rinci ttg kejadiannya & tlng temen2 bisa kasih info di blog ini atau kirim ke emailku adi_zollow@yahoo.com

Thanks for all

Anonim mengatakan...

mas edi meninggal karena kecelakaan motor bersama temannya sdr andi purwono (andi mengalami luka di iga dan tulang punggung bagian kiri_tdk meninggal). kejadiannya di jl sudirman dekat bunderan senayan, tepatnya di pertigaan dekat ktr pendayagunaan aparatur. mas edi sedang pulang dari diklat menuju rumah di pd. aren tangerang berboncengan motor dengan andi(mas edi di depan). pada saat itu jam pulang ktr, jln jenderal sudirman padat mas edi mengambil sisi kanan jalan. mas edi yang belum biasa lewat tmpat kejadian mngkin tidak tahu bahwa di tempat itu ada lubang bekas galian yang cukup dalam. ia jatuh entah karena lubang tersebut atau ngerem mendadak (pengakuan andi P). tapi naas jatuhnya ke kiri, pada saat bersamaan ada bus melintas disisi kirinya dan.......
aku tak tau pasti apa pada saat itu langsung meninggal atau ketika perjalanan ke RSPP. kemudian jenazah di visum di forensik UI untuk selanjutnya lansung di bawa ke Brebes.