Sabtu, 24 Januari 2009

Penempatan D IV STAN

Bagi mahasiswa STAN penempatan setelah selesai kuliah merupakan hal utama dan tujuan hidup mereka. Bagaimana tidak, penempatan merupakan jalan utama yang akan menentukan jalan hidup mereka. Bahkan kawan-kawan berkata penempatan pertama kita akan menentukan rejeki, karier, kehidupan, dan bahkan akan menentukan jodoh kita kelak. Tidak disangkal lagi semua strategi dan usaha mereka kerahkan demi untuk mencapai penempatan di kantor yang mereka inginkan. Entah itu mahasiswa DI, DIII, DIII Khusus, atau DIV mereka akan selalu mengimpikan bekerja di tempat yang mereka inginkan.
Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana otoritas yang berwenang akan menentukan kemana mereka akan "ditendang" setelah selesai dari pendidikan mereka. Tidak jadi masalah bagi anak-anak yang masuk pada Direktorat selain Direktorat Jenderal Pajak. Mereka tinggal menerima sepenuhnya tanpa bisa mengatur strategi untuk mendapatkan pilihannya. Yang akan sangat menarik adalah bagi mereka yang masuk DJP. Kabarnya salah satu patokan penempatan adalah besarnya IPK yang mereka peroleh. Dengan demikian mereka akan sangat bergantung pada hasil IPK yang mereka peroleh dalam mengimpikan kantor yang diinginkan. Hal ini dapat diartikan mereka akan saling bunuh untuk mendapatkan tempat-tempat yang mereka inginkan.
Perlu diingat bahwa IPK yang lebih tinggi akan mendapatkan keuntungan dibandingkan dengan mereka yang mempunyai IPK lebih kecil. Mereka yang mempunyai IPK lebih besar akan mengalahkan mereka yang mempunyai IPK lebih kecil jika terjadi tempat yang mereka pilih adalah sama. Hal ini terjadi karena IPK lebih tinggi mendapatkan prioritas lebih dibandingkan IPK kecil. Sungguh mengerikan membayangkan dampak yang bisa terjadi dengan adanya penempatan yang seperti ini. Para mahasiswa akan saling bersaing untuk mendapatkan IPK yang sebaik-baiknya untuk mengalahkan teman-temannya. Memang disisi lain hal ini dapat memunculkan semangat belanjar yang lebih besar. Tetapi efek sebaliknya juga kemungkinan bisa terjadi, yaitu adanya persaingan tidak sehat dan saling menjatuhkan antarmahasiswa. Aroma ini akan semakin kentara pada mahasiswa DIV. Hal ini dikarenakan mereka sadar betul akan efek dari tempat mereka bekerja dengan kehidupan yang akan mereka jalani, sehingga mereka benar-benar berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan tempat yang mereka inginkan.
Setiap orang tentulah menginginkan bahwa semua impiannya akan dapat terwujud. Tapi apakah itu semua mungkin? menurut saya semua itu tidaklah mungkin. Jika benar dapat terwujud, berarti kita sekarang sedang berada di surga. Begitu pula dengan para mahasiswa yang mengimpikan penempatan di kantor-kantor yang mereka inginkan. Pastilah ada beberapa mahasiswa yang mendapatkan tempat tidak sesuai dengan tempat yang mereka inginkan. Kalo begitu apakah adil sistem yang dianut dalam penempatan mahasiswa STAN di DJP?
Bicara soal adil tidak adil tergantung dari mana kita melihatnya. Bisa jadi adil bagi orang tertentu tetapi tidak adil bagi yang lain. Bagi teman-teman yang kemampuan intelejensinya di bawah yang lain dengan metode seperti itu berarti akan selalu mendapatkan penempatan sisa dari teman-teman yang lain. Apakah itu adil?Sekarang kalo seandainya teman yang nilainya jauh lebih baik mendapatkan tempat yang lebih buruk, apakah itu adil?semua tergantung dari nurani masing-masing. Memang IPK tidaklah mencerminkan kemampuan intelejensi sepenuhnya dari pemiliknya, tetapi yang jadi masalah adalah IPK merupakan salah satu hal yang akan menentukan nasib para mahasiswa tersebut. Jadi bagimana...?
Sekarang kalo mau berpikir jernih sebenarnya persoalan tidaklah serumit yang dibayangkan. Tiap orang pastilah mempunyai kemampuan dan potensi yang dimiliki masing-masing. Di manapun tempat kita berada jika kita mampu mengembangkan potensi yang kita miliki maka kesuksesan hidup akan kita dapatkan. Tak masalah seandainya kita ditempatkan di pinggiran republik ini tetapi kita mendapatkan kesuksesan hidup. Dari berbagai survei ternyata banyak teman-teman yang justru sukses di tempat yang semula tidak mereka inginkan, bahkan kemudian mereka menetap dan membangun keluarga di sana. Jadi secara kasarnya tempat dimana kita besok ditempatkan tidaklah sepenuhnya menjamin kesuksesan atau kegagalan kita. Satu hal yang menjadi catatan adalah bahwa ini semua tidak berlaku bagi temen-temen yang mempunyai rasa "homesick" berlebihan, yang merasa ketakutan tidak bisa hidup jika tidak dekat dengan orang tua atau tanah kelahirannya.
Jadi warga republik ini haruslah berjiwa besar. Jika kita tidak mau menempati seluruh tempat di republik ini lalu siapa lagi. Anggaplah semua wilayah republik ini sama seperti tempat dimana kita dilahirkan, toh tempat itu juga adalah sama, yaitu wilayah di republik yang kita cintai ini.
Satu hal yang terpenting adalah bahwa kita bukan pihak yang mengeluarkan SK Penempatan kita, bagaimanpun strategi kita, tetap kita hanya bisa menerima. Seandainya IPK kita bagus toh jika atasan kita menempatkan kita di pinggiran republik ini, kita mau apa, hayooo mau apa....