Sabtu, 14 Februari 2009

Saatnya berfokus untuk menaikkan gaji dan upah

Resesi ekonomi dunia telah menyebabkan banyak negara mengalami kelimbungan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi secara global mengalami penurunan drastis bahkan sampai pada titik minus. Negara-negara barat yang dulu dengan sombongnya mengagungkan kondisi ekonominya yang berkembang pesat sekarang panik menghadapi kenyataan bahwa kondisi ekonomi mereka sekarang sedang sekarat. Contoh nyata adalah kondisi ekonomi AS, beberapa perusahaan terkemuka di dunia yang bermarkas di sana seperti City Group dan General Motor tak luput dari ancaman kebangkrutan.

Kondisi ekonomi di dalam negeri setali dua uang tak jauh berbeda. Ekonomi negara ini pun mengalami cobaan berat tak kala ancaman pasar untuk produk yang akan diekspor menjadi tidak ada. Perusahaan-perusahaan yang mendasarkan pasar mereka untuk ekspor mulai mengurangi produksi bahkan tak jarang dari mereka mulai gulung tikar. Hal ini berimbas pada karyawan yang akan mengalami PHK massal. Kondisi ini sudah menjadi kenyataan pada beberapa perusahaan garmen, sepatu, dan alas kaki yang ada di wilayah Tangerang. Sementara perusahaan-perusahaan lain sudah mulai mengurangi produksi mereka. Bahkan pabrik sekelas Gajah Tunggal pun sudah menurunkan produksi mereka sampai 70 %. Di samping itu negara ini mulai kebingungan untuk mencari pinjaman dari pihak luar untuk mendanai berbagai rencana pengeluaran yang dimaksukan untuk mendorong perbaikan kondisi perekonomian. Memang wajar dalam kondisi seperti ini para kreditur akan dengan erat memegang uang mereka. Boro-boro untuk meminjamkan kepada pihak lain untuk keperluan sendiripun mungkin masih belum mencukupi.

Para pemegang tampuk kepemimpinan negara pun menghadapi kondisi seperti ini tidak tinggal diam. Berbagai kebijakan pun dikeluarkan untuk mendorong perekonomian tumbuh kembali. Seperti halnya AS dan negara-negara eropa yang mengeluarkan dana talangan untuk para pengusaha di sana. Sejumlah dana talangan disiapkan oleh pemerintah untuk menyelamatkan industri yang ada di negaranya, seperti Senat Amerika yang telah menyetujui dana talangan untuk menyelamatkan industri otomotif mereka.

Pemerintah kita pun sudah mengambil berbagai langkah untuk menyelamatkan kondisi ekonomi di negeri ini. Paket stimulus ekonomi pun diluncurkan pemerintah kita untuk mendorong perbaikan perekonomian. Mulai dari memberikan dana talangan untuk dunia perbankan, kebijakan suku bunga, kebijakan dibidang perpajakan, pemberian pinjaman untuk UMKM dan sebagainya. Pemerintah pun mulai gencar untuk memperbaiki sektor infrastruktur untuk memdorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang entah dari mana sumber pendanaannya. Yang kesemua itu ditujukan untuk perbaikan kondisi perekonomian bangsa ini.

Jika dicermati kebijakan pemerintah itu hanya terfokus pada bagaimana menjaga agar dunia usaha di negara ini tetap terjaga dan tetap tumbuh berkembang. Seperti kebijakan stimulus ekonomi yang dikeluarkan pemerintah terlihat bahwa kebijakan itu ditujukan untuk menjaga kelangsungan berbagai industri yang ada. Begitu juga dengan usaha pemerintah untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan mendorong investasi untuk mendorong kegiatan ekonomi. Peningkatan investasi dan berbagai fasilitas kemudahan untuk berusaha akan mendorong tumbuhnya berbagai industri dan lapangan pekerjaan baru, sedangkan berbagai fasilitas infrastruktur akan semakin memudahkan industri untuk bekerja lebih efisien.

Yang menjadi permasalahan adalah apakah semua kebijakan pemerintah itu sudah cukup untuk perbaikan kondisi perekonomian negara ini. Sepertinya pemerintah melupakan satu komponen dari siklus ekonomi dalam mengatasi permasalahan ekonomi ini. Pemerintah begitu getol untuk mendorong dunia usaha untuk berkembang tetapi sepertinya melupakan kemana nantinya barang hasil industri akan dipasarkan. Dengan kondisi ekonomi dunia seperti sekarang ini jelas tidak mungkin untuk mengandalkan pasar dari luar. Akan lebih bijaksana jika berfokus pada pasar dalam negeri.

Pasar dalam negeri untuk masa sekarang ini merupakan solusi untuk mengatasi hilangnya pasar bagi dunia industri tanah air. Pasar dalam negeri tidak lain merupakan konsumsi masyarakat itu sendiri. Konsumsi masyarakat itu sendiri akan terjadi jika masyarakat memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan adanya uang yang dimiliki, masyarakat akan membelanjakannya untuk mencukupi hidup mereka. Hal ini merupakan pasar yang sangat besar bagi dunia industri.

Langkah pemerintah yang mendorong berkembangnya dunia industri adalah untuk mendorong terciptanya lapangan kerja. Dengan adanya masyarakat yang mempunyai pekerjaan dan penghasilan maka pasar bagi dunia industri akan tercipta. Yang menjadi persoalan adalah apakah kebijakan pemerintah tersebut akan serta merta menciptakan pasar bagi dunia industri. Dengan kebijakan tersebut pemerintah berlogika bahwa dengan peningkatan industri akan menciptakan lapangan kerja yang akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat yang merupakan pasar bagi industri itu sendiri. Sedangkan peningkatan infrastruktur akan mendorong efisiensi bagi dunia usaha. Memang langkah itu cukup baik, tetapi akan banyak hambatan dan persoalan yang perlu dibenahi. Mendorong agar dunia industri berkembang akan menyangkut banyak faktor yang harus diperbaiki dan mendorong dunia industri untuk berkembang memerlukan waktu yang tidak singkat.

Mungkin logika penyelesaian terbalik akan menjadi alternatif penyelesaian yang lebih baik. Maksudnya adalah bagaimana menciptakan pasar yang lebih besar secepat mungkin. Dengan kata lain bagaimana meningkatkan konsumsi masyarakat. Jika tingkat konsumsi masyarakat tinggi berarti pasarpun akan semakin besar. Pasar yang semakin besar akan dengan sendirinya mendorong industri untuk berkembang. Logika ini telah dibuktikan secara empiris melalui beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Yuliarmi (Universitas UDAYANA) terhadap kabupaten dan kota di Provinsi Bali menghasilkan kesimpulan bahwa konsumsi rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif Mulyono (STAN) terhadap kabupaten dan kota di Jawa Tengah yang menghasilkan kesimpulan bahwa komponen belanja pegawai pemerintah daerah merupakan komponen belanja yang mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap terciptanya PDRB.

Dengan fakta tersebut sudah seharusnya pemerintah mempertimbangkan kebijakan bagaimana menciptakan peningkatan pasar bagi dunia industri dengan meningkatkan tingkat komsunsi masyarakat. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan menaikkan tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat. Salah satunya adalah dengan peningkatan gaji bagi para pegawai pemerintah dan peningkatan upah minimum buruh. Dengan peningkatan penghasilan, masyarakat akan dapat menambah komsumsinya untuk memenuhi dan meningkatkan standar kehidupannya. Hal ini pada akhirnya akan menambah pasar bagi dunia industri.

Tidak ada komentar: